Alhamdulillah 13-16 Mei 2015 akhirnya kaki kecil ini kembali mengantarkan aku menatap kekuasaanNya. Hampir tak percaya rasanya aku bisa menyaksikan langsung keindahan gunung semeru yg kemudian menjadi hits karena film 5 cm.
Berbeda dgn pendakian sebelumnya, pendakian kali ini begitu mengesankan, di samping karena bisa dibilang ini merupakan kado terindah di miladku, tgl 12 mei tepat keberangkatan kereta matarmaja dari jakarta ke malang aku menginjakkan kaki di usia 24 tahun, selain itu setidaknya ada 4 point penting yg bisa aku bawa pulang.
1. Adaptasi & jangan berhenti bergerak
Sekitar pukul 17.00 kami mulai tidur untuk persiapan summit ke puncak mahameru, pukul 23.30 kami mulai bergerak jalan menuju summit, sepanjang perjalanan dari kalimati - arcopodo - hingga ke trek pasir udara sangat dingin dan berangin, ditambah terdapatnya antrian menuju puncak karena cukup byk pendaki yg summit malam itu, yg menyebabkan aku hanya bisa diam menunggu antrian di depan mulai jalan. Tubuhku semakin dingin, tanganku mulai terasa kaku, aku hanya bisa menghirup hawa dingin itu dalam2 agar bisa masuk ke tubuh dan tubuh dapat beradaptasi dengan cuaca yg cukup ekstrim itu. Selain itu aku hanya mampu menggerak2an tangan dan kaki walau antrian di depan belum jg jalan, dan ternyata kedua hal tsb efektif membuat tubuhku lebih hangat dan tidak kaku.
Hikmah yg dapat diambil dlm hidup adalah jika kita ingin maju, tidak tertinggal, maka teruslah bergerak, jangan berhenti, tetaplah berusaha dan beradaptasi dengan kondisi sekitar agar kita tetap bisa berdiri.
2. Perbanyak proteksi diri
Tidak seperti malam sebelumnya saat ngecamp di ranukumbolo, malam itu saat akan summit aku menggunakan 3 lapis kaos panjang + 3 lapis jaket, 3 lapis kaos kaki, 2 lapis sarung tangan, penutup kepala & syal + geiter. Itu semua aku lakukan agar bisa bertahan dgn cuaca yg cukup ekstrim. Begitu pula hidup, perbanyaklah proteksi diri, perkuat spiritual, terutama iman, agar bisa bertahan dgn lingkungan yg rasanya mulai & semakin 'kacau'.
3. 4 langkah maju 2 langkah mundur
Setelah melewati arcopodo, trek yg harus ditempuh selanjutnya adalah lautan pasir, ya! trek tsb benar2 hanya pasir dan kerikil, saat aku mendaki lautan pasir tsb sekitar 4 langkah maju (naik) secara otomatis langkahku turun (mundur) sekitar 2 langkah karena pasir tsb tergerus.
Hidup seperti itu jg bukan? beberapa kali kita berusaha utk maju, kerap kali usaha tsb tdk berhasil, tapi bukankah 4 langkah maju 2 langkah mundur artinya kita sudah maju 2 langkah? So tetaplah berusaha, kegagalan adalah 1 paket dari usaha yg ditempuh, yakinlah pada akhirnya kamu akan sampai ke puncak walau dengan tertatih.
4. Puncak memang indah, tapi tak menjadi indah jika hanya bisa kamu nikmati sendiri
Saat trekking menuju summit, tim kami byk terpisah hingga akhirnya aku hanya trekking bersama seorang rekan, di tengah perjalanan di trek lautan pasir, mungkin tinggal setengahnya lg lautan pasir itu sampai puncak, kondisi rekan tsb mulai drop hingga akhirnya ia memutuskan utk kembali turun. Sempat aku dilema, apakah tetap naik ke puncak mengejar ambisi atau menemani ia kembali turun, memastikan ia selamat sampai kalimati, tempat kami ngecamp. Disitulah aku belajar mengendalikan egoisme, fokus pada tujuan utama, bukankah tujuan utama mendaki adalah kembali dgn selamat?
Puncak (keberhasilan dlm hidup) itu memang indah, tetapi tidak menjadi indah jika hanya bisa kamu nikmati sendiri, tanpa orang2 yg kamu sayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar